MAJALAHPEKALONGAN.COM, KOTA PEKALONGAN – Belasan pelanggan Perumda Tirtayasa kembali mendatangi Kantor Pemerintah Kota Pekalongan. Kedatangan para pelanggan tersebut bermaksud memprotes kinerja PDAM yang sudah enam bulan dirasakan tidak ada perubahan, bahkan menebar ancaman pemutusan jaringan air.
“Saya pelanggan yang selalu bayar lunas namun pelayanan airnya masih saja keruh,” ujar Parjito warga gang Bandeng, Kampung Baru, Kecamatan Pekalongan Utara saat mediasi di Ruang Cuiri Setda Kota Pekalongan, Kamis 12 September 2024.
Ia mengatakan sebagai pelanggan yang berusaha tertib membayar tagihan PDAM namun tidak mendapatkan pelayanan air yang baik maka dirinya juga mendaftar sebagai pelanggan Pamsimas (Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat) demi bisa mendapatkan air bersih yang layak minum.
Dijelaskan bahwa keluarganya terpaska memanfaatkan layanan Pamsimas lantaran air dari PDAM keruh dan tidak layak konsumsi seperti untuk memasak dan minum. Sebaliknya kondisi air dari Pamsimas kondisinya jauh lebih baik sehingga pengeluaran tiap bulannya untuk air bersih saja sudah membengkak.
“Mewakili pelanggan lainnya saya memohon agar persoalan air bersih ini jangan sampai berlarut-larut. Tapi sebelum datang kemari air PDAM sudah lebih jernih, jadi mohon pertahankan,” katanya.
Ketua RW 08 Kampung Baru, Nur Cahyani menyebut sudah ada empat aksi warga berkaitan dengan keluhan pelayanan dari PDAM mulai dari air yang keruh, rasa air amet atau tidak enak hingga air yang menimbulkan gatal – gatal dan air yang tidak layak untuk masak dan minum.
“Warga kami akhirnya bergantung pada air galon atau isi ulang untuk kebutuhan sehari-hari yang artinya pengeluaran menjadi bertambah,” ucapnya.
Selain itu warganya yang dalam kondisi minus juga mengalami kesulitan membayar tagihan PDAM yang membengkak sehingga banyak yang terancam diputus, warga menjadi tidak tertib membayar karena adanya alasan air tidak bisa dimanfaatkan namun tetap ada penagihan.
Sementara itu kuasa hukum warga, Didik Pramono dalam pertemuan tersebut memberikan ultimatum kepada manajemen PDAM agar persoalan pelayanan air kepada warga yang sudah berlangsung keempat kalinya menjadi aksi yang terakhir.
Ia pun tidak segan-segan untuk turun ke jalan lantaran selama enam bulan berjalan atau sejak aksi yang pertama dilakukan tidak ada perubahan apapun yang bisa dinikmati warga atau pelanggan PDAM.
“kalau masih terus seperti ini kami meminta agar Direktur PDAM untuk mengundurkan diri saja,” tegasnya di hadapan peserta audensi.
Di sisi lain Direktur Perumda Tirtayasa, Muhammad Iqbal memaparkan alasan pelayanan air ke pelanggan PDAM kurang maksimal dikarenakan masih difungsikannya jaringan pipa yang sudah berusia tua dan belum ada penggantian.
Selain itu juga kondisi alam yang juga mempengaruhi debit air sehingga berimbas ke pelayanan di wilayah Pekalongan Utara. Adapaun persoalan air kuning atau keruh disebabkan adanya proses maintenance seperti flasing atau pembersihan jaringan pipa.
“Jadi sumber air dari kita itu ada tiga, yakni sumur, mata air di daerah atas atau beli dari daerah tetangga dan instalasi pengolahan air permukaan seperti di Cepagan yang masuk wilayah Kabupaten Batang,” jelasnya.
Ia mengatakan Kota Pekalongan tidak memiliki sumber air sehingga kalau tidak beli dari daerah tetangga ya mengolah air permukaan atau mengebor sumur. Jadi kalau misalkan sumur-sumur PDAM ditutup apakah sudah dipikirkan penggantinya.
“Kami pada dasarnya setuju sumur-sumur itu ditutup apalagi adanya isu land subsidence atau penurunan muka tanah. Namun demikian dengan adanya proyek strategis nasional ada rencana untuk menutup sumur tersebut,” bebernya.
Salah satu solusi untuk menggantikan sumur-sumur itu, lanjut dia, melalui kerjasasama dengan Provinsi Jawa Tengah mengembangkan program SPAM Regional Petanglong untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah Kota Pekalongan.
“Saat ini jaringan SPAM Regional Petanglong sudah sampai di depan Kantor DLH dan nanti akan terus ditarik ke utara dengan percabangan ada di sekitar Pasar Krempeyeng,” papar Iqbal.
Usai audensi belasan pelanggan PDAM membubarkan diri dengan tertib sambil membentangkan sejumlah tulisan berisi kecaman dan meminta pemerintah Kota Pekalongan untuk mencopot Direktur PDAM Muhammad Iqbal dari jabatannya.