Sekjen MPR RI Siti Fauziyah berpose bersama dalang, tokoh masyarakat setempat dan pejabat Forkopimcam di pagelaran wayang kulit yang berlangsung di Desa Gringingsari, Kecamatan Wonotunggal, Minggu (15/9).
MAJALAHPEKALONGAN.COM, BATANG – Pagelaran wayang kulit di Desa Gringingsari, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang mendapat kejutan dengan hadirnya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Siti Fauziah.
Ia menilai bahwa wayang kulit tidak hanya sekedar pertunjukan seni, namun juga cermin dari nilai Pancasila yang menjadi pedoman dan dianut oleh masyarakat yang berisi tuntunan hidup berbangsa serta bernegara.
“Di dalam seni pertunjukan wayang kulit ada lakon dan cerita yang isinya sejalan dengan falsafah Pancasila, sehingga menggemari wayang juga berarti turut melestarikan budaya leluhur,” ujarnya Minggu 16 September 2024.
Di dalam falsafah Pancasila dianut prinsip kerja sama yang baik antara sang dalang, pemain musik dan sinden termasuk penonton. Diibaratkan tidak ada kerja sama maka lakon wayang bisa dipastikan bakal kacau, begitu juga dalam kehidupan sehari-hari.
“Pun demikian ini menjelang Pilkada 2024 perlu hal yang sama menjadikan lelakon wayang sebagai hikmah karena relevan dengan situasi politik saat ini apalagi masyarakat akan menghadapi pemilihan Bupati dan Walikota serta gubernur beserta masing-masing wakilnya,” kata Siti Fauziyah kepada media.
Ia menyebut dipilihnya Desa Gringingsari sebagai lokasi pertunjukan wayang bukan tanpa alasan. Dirinya melihat warga setempat sangat antusias terhadap kesenian tradisional, khususnya wayang kulit.
Siti Fauziyah mencoba membeberkan pesan moral yang yang termuat dalam lakon Ramayana dan Mahabarata di mana yang diceritakan dalam kedua kisah epos juga terdapat keteladanan yang sama dengan falsafah Pancasila.
“Wayang itu sendiri sudah sangat Pancasila karena ada nilai bergotong-royong, kerukunan, kebersamaan dan keadilan untuk semuanya. serta ada pesan bahwa kejahatan akan kalah oleh kebaikan,” katanya.